[FAKTA] Ini Dia Penyebab Kekalahan Prabowo..!!!

|| || || Leave a komentar

Berdasarkan pandangan Ki Sabdopanditoratu, terdapat 16 sebab Prabowo gagal menggenapi ramalan atau jangka Jayabaya yang berujung pada kekalahan Prabowo-Hatta dalam pilpres 2014. Keenam belas sebab itu, selain karena faktor mistis, juga merupakan sabab dari rangkaian permenungan yang dilakukan masyarakat akibat terkena pengaruh rebound consciousness alias kembalinya kesadaran pada hati nurani kepada Jokowi-JK dan pemahaman siapa Prabowo-Hatta. Apakah keenam belas penyebab kegagalan Prabowo mengenapi ramalan Jayabata dan berujung pada kekalahan Prabowo-Hatta menurut Ki Sabdopanditoratu?

-Pertama, kubu Prabowo-Hatta dan Gerindra memekerjakan para ahli sosial media yang jago dan expert di bidang pembuatan bahan kampanye, seperti Noudhy Valdryno yang telah bekerja selama 5 tahun dengan Gerindra dan Prabowo. Mereka memersiapkan bahan kampanye di media sosial, Facebook, Twitter, dan juga telepon seluler sejak lama. Kelemahan mereka adalah tidak memiliki pemahaman tentang komunikasi massa.

Noudhy Valdryno dan Fadli Zon tidak pernah menghitung ‘sebab-akibat’ dan sisi dampak psikologis ketika suatu materi dilemparkan ke dunia maya. Akibatnya ketika ada ahli strategi kampanye media yang ‘sedikit’ paham tentang kampanye media sosial dengan ‘pemahaman komunikasi dan psikologi massa’, maka Timses media sosial Prabowo kalang kabut.

Akibatnya telah dapat diduga, Prabowo-Hatta tak mendapatkan simpati dan elektabilitasnya hancur berantakan menjelang akhir masa kampanye.

-Kedua, terkait dengan Timses Prabowo-Hatta yang tidak menghitung strategi ketika ‘harus menyerang’ dan ‘ketika harus bertahan’. Sejak debat pertama berlangsung sejak saat itu ‘kemenangan telah diraih’. Maka dalam perang itu strategi yang diterapkan oleh pasukan Prabowo-Hatta adalah menggempur sampai the last bastion dihancurkan. Akhirnya, Prabowo-Hatta banyak memenangkan pertempuran, namun kalah dalam keseluruhan perang. Perang ngawur tanpa strategi maka kehabisan amunisi.

-Ketiga, kubu Prabowo dipersepsikan sebagai penggagas kampanye hitam oleh masyarakat. Hal ini dimulai dengan sindiran dan hinaan puisi ‘Boneka’ dan ‘Raisopopo’ dan dilanjutkan dengan kampanye negative dan hitam sampai penerbitan Obor Rakyat. Bahkan Timses Prabowo-Hatta mendukung dan membela Pemred Obor Rakyat seperti disampaikan oleh Habiburokhman. Kondisi ini memaksa masyarakat menilai bahwa kubu Prabowo-Hatta menyebarkan fitnah - dan itu terbukti oleh temuan intelejen sumber fitnah di Ragunan. AM Hendropriyono menyampaikan hal ini.

-Keempat, kubu Prabowo sering sekali memiliki corong yang kontra-produktif untuk membangun persepsi masyarakat. Selain Fadli Zon, terdapat di gerbong Prabowo juga seperti Nurul Arifin dan Fahri Hamzah memiliki catatan buruk di mata masyarakat karena mereka adalah dua orang yang tidak senang dan sering mengecam KPK. Bahkan terakhir, Fahri Hamzah tidak menyetujui dan mengatakan Jokowi sinting tentang ide Hari Santri 1 Muharram. Juga lontaran omongan sekelas Amien Rais yang menyebutkan bahwa Pilpres adalah mirip Perang Badar.

-Kelima, dominasi TVOne dan MNC Group milik Aburizal Bakrie dan Hary Tanoesodibjo tidak digunakan secara maksimal oleh Prabowo karena menerapkan kampanye one-sided policy dan one-sided coverage yang justru tak membangun simpati. Polarisasi terjadi juga karena sikap kubu Jokowi yang juga menerapkan peliputan kampanye berat sebelah sehingga menyebabkan publik pemilih terpecah dan tak sempat lagi berpikir. Peran media sebagai alat ‘berpikir dan mengubah persepsi’ terkebiri oleh ‘peran media menjadi corong’ satu arah. Rakyat atau pemirsa dianggap tak bisa berpikir. Akibatnya, rakyat stagnan mendukung Prabowo-Hatta.

-Keenam, kubu Prabowo-Hatta digerogoti oleh para pendukung yang oleh Prabowo sendiri diakui ada maling seperti para tersangka mafia daging sapi, beras, haji, Al Qur’an seperti yang dipaparkan dalam debat capres semalam (Sabtu, 5/6/2014). Kondisi ini ditambah lagi oleh kenyataan sering munculnya Ketum Golkar Aburizal Bakrie si Lumpur Lapindo dan Ketum PPP Suryadharma Ali yang menjadi tersangka kasus korupsi dana haji. Juga terdapat Ketum PBB yang sebentar lagi akan ditangkap oleh KPK terkait kasus korupsi kehutanan.

-Ketujuh, kubu Prabowo banyak menjiplak lagu seperti lagu JakMania Garuda di Dadaku dijiplak yang akibatnya hanya pecinta sepakbola dan kalangan muda yang senang dengan lagu itu. Bahkan Dhani pun menjiplak lagu ‘Queen We Will Rock You’ dan bahkan Bryan May sebagai pencipta lagu menyatakan itu sebagai unauthorized. Selain itu kostum fasis Nazi yang dikenakan Ahmad Dhani sebagai pendukung Prabowo juga menjadikan Prabowo-Hatta tak menghargai hak cipta.

-Kedelapan, Prabowo dan Timses-nya terlalu mengandalkan mesin politik parpol yang keropos. Fakta paling mencengangkan adalah bahwa Golkar jelas terpecah antara pendukung ARB dengan pendukung Jusuf Kalla. Ini tak menguntungkan tentunya bagi kubu Prabowo. Bukti dari keroposnya dukungan adalah banyaknya para tokoh muda Golkar yang mendukung Jokowi.

-Kesembilan. Prabowo salah menunjuk cawapres. Seharusnya Prabowo menunjuk Mahfud MD sebagai cawapres karena kedekatan Mahfud MD sebagai tokoh dan warga NU. Hatta Rajasa hanya mendapat banyak dukungan dari warga dan representasi Muhammadiyah. Prabowo pun bukan pula warga Nahdliyin. Artinya Prabowo-Hatta hanya mewakili kelompok warga beraliran Muhammadiyah. Ini sangat disayangkan.

-Kesepuluh, kubu Prabowo-Hatta dipersepsikan tempat bernaungnya para barisan sakit hati seperti Ahmad Dhani, Rhoma Irama, Marzuki Alie, Rustriningsih, Mahfud MD yang sebenarnya tak memiliki loyalitas yang 100% patut diperhitungkan. Para barisan sakit hati ini diyakini tak memiliki pendukung yang signifikan dan terukur.

Itulah yang menyebabkan stagnannya elektabilitas Prabowo-Hatta menjelang pemilu presiden tanggal 9 Juli 2014 yang berarti tinggal beberapa hari lagi dan dipastikan Jokowi-JK menang. Itulah makanya kalau merekrut Timses yang mumpuni - seperti Denny JA. Dan jangan sekali-kali percaya kepada para pengamat. Para pengamat politik mulai dari LIPI, Indobarometer, LSI, Poltraking, dll. adalah para buruh yang menerima pesanan untuk ngomong sehingga sesuai selera majikan.

-Kesebelas. Komporan para pengamat politik - yang ternyata membohongi Prabowo-Hatta - yang mendorong kampanye hitam dan kampanye negatif pada awal masa pemilu yang disebut menaikkan elektabilitas Prabowo-Hatta yang mendorong Noudhy Valdryno dan Fadli Zon gegap gempita terdorong memanfaatkan. Akibatnya, rebound consciousness masyarakat muncul dan kemenangan Jokowi-JK yang dipersepsikan sebagai korban kampanye hitam dan didzolimi yang memenangkan hati rakyat dan memenangi Pilpres 2014.

-Kedua belas, dukungan SBY kepada Prabowo memiliki pengaruh buruk bagi elektabilitas Prabowo. Terbukti komporan para pengamat politik yang euphoria justru membuat elektabilitas Prabowo stagnan seminggu menjelang pelaksanaan pilpres 2014. Upaya menaikkan elektabilitas telah hilang karena momentum kampanye yang terlalu banyak digunakan untuk kampanye hitam. Keterlibatan lingkaran Istana Presiden untuk mendukung Prabowo termasuk Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan di mata rakyat bahwa Prabowo adalah kelanjutan SBY - yang gagal menyejahterakan rakyat.

-Ketiga belas, kegagalan Prabowo rujuk dengan Titiek menunjukkan bahwa Prabowo gagal memenuhi prasyarat menikah dengan Titiek sebagai lambang kegagalan Prabowo mendapatkan ‘kamulyan’ alias kemuliaan. Titiek Soeharto ogah dijadikan ‘kuda tunggangan politik’ untuk didomplengi agar Prabowo menjaring ‘kamulyan seko wong wadon sing dilorke’ alias kemuliaan yang diinginkan dengan memanfaatkan perempuan yang disisihkan.

Tentu Titiek Soeharto mendapatkan bisikan arwah eyang saya Presiden Soeharto dan Ibunda Tien Soeharto yang sangat mencintai anak-anaknya, terutama Titiek dan Tutut, untuk menjauh dari Prabowo dan Timsesnya. Mendengar bisikan ini, Titiek Soeharto kabur ke Paris menjelang debat dan membiarkan Prabowo didampingi oleh Rustriningsih dan Fadli Zon.

-Keempat belas. Kegagalan Operasi Senyap, money politic, dan kawalan masyarakat yang mengawal pemilu sejak hari pertama pencoblosan sampai pada tanggal 15 Juli 2014. Kawalan ini menyebabkan pemilu presiden sedikit lebih jujur dan adil.

-Kelima belas. Prabowo tidak didampingi oleh Fadli Zon - kretor kampanye negatif, Ketum Golkar Aburizal Bakrie - si Lumpur Lapindo dan kasus pajak, Setiardi Obor Rakyat, Titiek Soeharto, Hatta Rasajasa - diduga tahu tentang mafia minyak, Amien Rais tokoh penumbang Gus Dur dari kursi kepresidenan, dan tak lupa Hidayat Nur Wahid si penggagas wani piro, juga Anis Matta tokoh penganut paham poligami sohib koruptor Luthfi Hasan Ishaaq serta si tersangka korupsi haji Ketum PPP Suryadharma Ali dan calon tersangka korupsi kehutanan Ketum PBB MS Kaban.

Padahal, menurut terawangan Ki Sabdopanditoratu, Ical atau ARB, Amien Rais, MS Kaban, Suryadharma Ali seharusnya selalu dibawa-bawa ke mana-mana untuk menunjukkan kehebatan mereka. Mereka adalah para tokoh yang banyak pengikutnya. Ini suatu kesalahan Prabowo yang mengecewakan para pendukung ARB, Amien Rais, MS Kaban dan Suryadharma Ali. Ini artinya mengurangi dukungan dari kalangan para pecinta mereka.

-Enam belas. Timses Prabowo memercayai prasyarat mistis Ki Sabdopanditoratu yang memengaruhi seluruh aura Timses karena menjadi was-was dan terganggu dengan perasaan antara percaya dan tak percaya. Ini mengganggu konsentrasi timses dan pendukung Prabowo yang memercayai mistis dengan kuat. Buktinya? Komporan Ki Sabdopanditoratu sejak dua bulan lalu ditanggapi oleh Fadli Zon, Rhoma Irama, Marzuki Alie, Mahfud MD, Hasjim dan sebagainya. Sementara Timses Prabowo mengurusi urusan rujuk yang pasti gagal, Timses Jokowi pun mengurusi penggalangan dukungan di akar rumput.

Itulah enam belas sebab Prabowo gagal menggenapi ramalan Jayabaya yang berujung pada kekalahan Prabowo-Hatta yang kalah oleh dukungan rakyat alias Jokowi yang didukung oleh rakyat.

---------------------------------------


Jokowi JK sudah menang. Penulis meyakini hal tersebut berdasarkan data Quick Count banyak lembaga survey yang kredibel sejauh ini. Sebut saja nama besar LSI, Cyrus, CSIS, SMRC, hingga RRI. Jokowi JK menunjukkan keunggulan 5-6% dibandingkan Prabowo Hatta.

Walau memang kubu Prabowo Hatta juga mengklaim kemenangan. Namun demikian, melihat kredibilitas dan track record lembaga survey yang mengeluarkan hasil Quick Count versi kubu Prabowo Hatta, penulis agak menyangsikan. Saya sebagaimana banyak pihak yang objektif meyakini bahwa Jokowi JK sudah menang.

Kemenangan ini melegakan sekali melihat serangan kampanye hitam terhadap Jokowi jujur saja lumayan menggerogoti elektablitasnya. Dari jarak beda elektabilitas puluhan persen hingga akhir Juni hanya tersisa 3%an saja. Kalau tren serangan yang sama berlangsung hingga 9 Juli tentu saja Jokowi JK bisa kalah. Tapi akhirnya Quick Count kredibel menunjukkan sesuatu yang beda, justru Jokowi JK mampu melebarkan perbedaan elektabilitas!

Pertanyaanya bagaimana bisa? 

Prabowo tidak seharusnya merasa diinjak-injak oleh kubu pesaing hanya karena dia kalah di Quick Count. Toh karena memang sebenarnya blunder yang bikin kalah ada di pihaknya sendiri.
Elektabilitas Prabowo sejujurnya meroket, dibandingkan awal April. Saat itu jarak dirinya dan Jokowi hingga 20%. Namun serangan gencar baik black maupun negative campaign pada Jokowi lama kelamaan menggerus suara Jokowi. Hingga puncaknya akhir Juni, selisih antar keduanya cuma 3,6%! Kalau saja Prabowo bisa menjaga kubu di pihaknya tetap COOL dipastikan Jokowi akan tersalip di 9 Juli.

Namun ironisnya, di saat Injury Time blunder dimulai. Adalah Ahmad Dhani yang pertama melakukannya dengan menggunakan baju ala Nasi Goreng Jerman di video kampanye Prabowo. Di tengah makin yakinnya publik bahwa Jokowi tidak layak jadi capres akibat serangan dan kampanye hitam, publik malah terpelongo melihat ramai ramai soal baju Nazi lagu Dhani.

Orang bisa saja bilang hal itu sepele. Tapi toh enggak kok. Justru media dalam dan luar negeri mem-blow up kontroversi itu ke masyarakat. Artis yang tadinya diam, terperangah, dan akhirnya ikutan bersuara. Kaum urban modern juga tersadar. Publik yang tadinya sudah lupa akan karakter “keras” Prabowo mau tidak mau diingatkan lagi. Dari sudut pandang publik, baju Himmler yang seorang diktaktor fasis kejam pun sedikit banyak menjadi sebuah asosiasi baru ke kubu Prabowo.

Melihat baju itu, publik pun kembali mempertanyakan karakter Prabowo. Prabowo tegas ATAU tega? Secara Ahmad Dhani pendukungnya saja memakai pakaian seperti itu. Puncaknya tidak berhenti pada imej, justru aksi aktif dari para artis dan tokoh publik seakan menjadi satu setelah kontroversi tersebut. Konser Salam 2 Jari di GBK pun menjadi manifestasi nyata keyakinan publik yang kembali pada kubu Jokowi JK. Plus jangan lupa dukungan hashtag ‪#‎AkhirnyaMilihJokowi‬ yang populer didorong selebritis dan netizen di twitter.

Rentetan kejadian itu makin manis bagi Kubu 2 Jari setelah ditutup oleh kasus ucapan Sinting oleh Fahri Hamzah dan soal Kalpataru yang tidak dipahami oleh Hatta Rajasa di debat kelima kemarin.

Pada 22 Juli nanti saat sudah ada pengumuman KPU, semoga Prabowo bisa menunjukkan sikap besar hati untuk menerima kenyataan sesungguhnya bahwa rakyat Indonesia tidak menginginkan dirinya. Apabila masih ingin mencoba 5 tahun lagi, ada baiknya Prabowo mengevaluasi strategi dan tim suksesnya. Pastikan kejadian blunder seperti yang dialami Ahmad Dhani tidak menjadi gol bunuh diri di masa injury time seperti kemarin. 

Tidak kebayang jumlah uang yang sudah dikeluarkan oleh Prabowo demi pilpres ini, tapi justru jebol karena kesalahan kesalahan kecil yang tidak perlu.
Sumber



Sponsor


Bila suka dengan artikel diatas infokan ke teman anda dengan klik dibawah ini:
Comments
0 Comments