Betapa tersiksa hidup Barbara Ward, seorang wanita dari County Durham. Ia tak bisa berolahraga, menonton film drama romantis, bermain hujan, bahkan mandi dan minum air.
Ia termasuk satu dari segelintir orang di dunia yang didiagnosis aquagenic urticarial alias alergi air. Barbara baru mengetahuinya Oktober tahun lalu, saat dirawat ke rumah sakit karena mandi.
Namun, wanita umur 43 tahun itu telah merasakan sakit akibat alergi sebelum usia 20 tahun.
Selama ini, gatal dan ruam di tubuh Barbara disebut dokter sebagai penyakit eksim. Ia hanya diberi krim steroid, yang sama sekali tidak berdampak apapun. Kelamaan, apa yang dideritanya makin parah.
Tenggorokannya seperti membengkak dan suaranya jadi serak setiap kali usai minum air. Tubuhnya juga terasa seperti terbakar setelah kehujanan. Rasanya seperti ada tetesan asam yang mengguyurnya.
Suatu ketika, kelainan itu semakin parah setelah ia mandi. Baru dokter mendiagnosisnya sebagai alergi air. Kini, ia tak boleh bersentuhan dengan air. Antihistamin dosis tinggi harus ia konsumsi tiap hari.
Barbara hanya bisa mandi dua kali seminggu, itu pun cukup satu menit saja. Ia harus tetap tinggal di rumah selama hujan, tidak bisa berolahraga karena takut berkeringat, dan tak minum air.
Sudah sekitar 20 tahun ia tak mengonsumsi air mineral.
Ia hanya meneguk teh atau susu sebagai penggantinya. Tak hanya itu, Barbara juga terpaksa menyerahkan pekerjaan rumah tangga seperti cuci piring dan memandikan anak, pada suaminya.
Film-film cengeng yang membuatnya menangis, pun disingkirkan. “Aku bahkan tak bisa membaca kisah sedih di Facebook karena tiap kali terseret putaran emosi bisa menangis,” ungkapnya.
Barbara akhirnya terbiasa hidup begitu. Namun, tetap saja ia merasa terbatasi. Ia sedih karena tak bisa bermain dengan anak-anaknya di luar lantaran khawatir berkeringat. Ia juga tak bisa memakai parfum.
Ironisnya, medis belum mengetahui apa penyebab aquagenic urticarial. “Itu sangat langka dan tidak terduga. Bisa menjadi lebih parah dari waktu ke waktu,” kata Maureen Jenkins, ahli alergi di Inggris.
Ia menuturkan, hingga kini mekanisme biologis tubuh yang menyebabkannya belum diketahui. “Barbara bisa minum air hangat. Tapi untuk air dingin, reaksi alergi parah akan timbul,” ia menjelaskan. -viva.co.id-
Bila suka dengan artikel diatas infokan ke teman anda dengan klik dibawah ini: